PARADIGMA HOLISTIK:
Paradigma
holistik memperlihatkan berbagai faktor secara menyeluruh, bukan hanya melihat sebagian saja. Untuk lebih
jelasnya sebelum melangkah lebih jauh, kita terlebih dahulu mendefenisikan
Paradigma holistik.
Paradigma yaitu pandangan yang mendasar dari para ilmuwan
tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari oleh salah
satu cabang atau disiplin ilmu pengetahuan
Holistik yaitu menyeluruh atau
keseluruhan
jadi yang dimaksud dengan Paradigma holistik adalah
cara pandang secara keseluruhan.
Paradigma
holistik adalah proses transformasi Paradigma carteian-newtonian menuju teosofi
Mulla Shadra.
Dalam
Filsafat ada tiga jenis kebenaran
1. Kebenaran
subjektif yang dapat dicontohkan seperti
apa yang dia katakan bernilai kebenaran
karena langsung dari sang pembicara yang secara jelas dapat dibuktikan
kebenarannya.
2. Kebenaran
relatif yaitu suatu kebenaran yang kebenarannya biasanya diragukan karena
bekaitan ucapan seperti apa yang kukatakan kemarin, hari ini dan esok belum
jelas tentang itu.
3. Kebenaran
absolut adalah kebenaran yang tertinggi atau kebenaran ilahia.
ada beberapa
Paradigma yaitu:
1. Paradigma
cosmosentris
2. Paradigma
mikrokosmosentris
3. Paradigma
teosentris
Teosentrisme berasal
dari bahasa Yunani, theos, yang memiliki arti Tuhan, dan bahasa
Ingris, center, yang berarti pusat. Pada konteks ini, teosentrime
mengacu pada pandangan bahwa sistem keyakinan dan nilai terkait Ketuhanan
secara moralitas lebih tinggi dibandingkan sistem lainnya. Singkatnya, teosentrisme
lebih menekankan tentang keberpusatan pada Tuhan dibandingkan pada manusia
(anthroposentrisme). Yaitu cara pandang tentang tuhan.
Paradigma rasionalisme
Paradigma cartesian : kebenaran dapat diperoleh
melalui rasio
Asumsi Paradigma Cartesian-Newtonian
Pemikiran Descartes
Untuk mencapai pengetahuan universal Descartes
menggunakan meted universal yang memberi pendasaran bagi kesatuan ilmu-ilmu. Ia
membuat empat tahapan atau prinsip.
Pertama, jangan pernah menerima apapun sebagai
benar ha;-hal yang tidak diketahui secara jelas dan terpilah, dan hindari
ketergesa-gesaan dan prasangka.
Kedua, membagi setiap kesulitan yang akan
diuji atau diteliti menjadi bagian-bagian sekecil mungkin agar dapat dipecahkan
lebih baik.
Ketiga, menata urutan pikiran mulai dari obyek
yang paling sederhana dan paling mudah untuk dimengerti, kemudian maju sedikit
demi sedikit menurut tingkatanny sampai pada pengetahuan yang lebih kompleks.
Upaya Descartes untuk mematematisasi alam
mendorongnya untuk berkesimpulan bahwa alam raya tidak lain adalah sebuah mesin
raksasa. Dalam pandangan Descartes, alam bekerja sesuai dengan hokum-hukum
mekanik, dan segala sesuatu dalam alam materi dapat diterangkan dalam
Pengertian tatanan dan gerakan dari bagian-bagiannya. Tidak ada tujuan,
kehidupan, dan spiritual dalam alam semesta.
Bagi Descartes, segala sesuatu’yang jelas dan
terpilah adalah kebenaranKonsekueni dari dalil ini bermuara kepada pembedaan
yang mencolok antara rasio dengan tubuh; substansi rasio adalah pemikiran,
sedang substansi tubuh adalah berkeluasaan.
Keterpilahan pemikiran dengan tubuh ini
menjadi konsep sentral ontology dan epistomologi Descartes yang dikenal dengan
paham dualisme. Dualisme ini pada gikirannya menciptakan pola piker yang serba
dikotomis atau logika biner.
Berdasarkan uraian di atas ternyata pemikiran
Decartes sangat berpengaruh terhadap perkembangan ilmu pengetahuan karena
mendorong manusia untuk berpikir kritis, namun pemikiran Decartes dapat
mempercepat kerusakan bumi sebab ia berpendapat alam tidak ada spiritual, tidak
ada kehidupan sehingga dapat dimanfaatka oleh manusia untuk memenuhi segala
kebutuhannya.
Salah satu dari Paradigma adalah
pemikiran mulla sadra dan withead sebagai Paradigma alternatif (Paradigma
holistik) ontologi sadra dan kosmologi
whithead
·
Pemikiran mereka cenderung berkarakteer sama
realistis, dinamis, kosmis dan holistik
·
Karakteristik Paradigma holistik-dialogis
Asumsi-Asumsi Paradigma
Cartesian-Newtonian
a. Subjektivisme-Antroposentristik
Prinsip pertama ini memperesantasikan modus
khas kesadaran modernisme bahwa manusia merupakan pusat dunia. Kesadaran
subjektivisme dengan sangat kental dicanangkan oleh Bapak Filsafat Modern, Rene
Descartes
b.
Dualisme
Penganut Paradigma Crtesian-Newtonian membagi
realitas menjadi subjek dan objek, manusia dan alam, dengan menenpatkan subjek
atas objek. Dualisem ini juga
meliputi pemisahan yang nyata antara kesadaran dan materi, antara pikiran dan
tubuh, antara jiwa cogitans dan benda exensa, serta antara nilai dan
fakta.Pemisahan Cartesian antara akal dan tubuh atau antara kesadaran subjek
dan realitas eksternal telah menimbulkan pengaruh yang luar biasa pada
pemikiran barat yang pada gilirannya juga terhadap pemikiran dunia modern.
c.
Mekanistik-Determenistik
Paradigma Caresan-Newtonian ditegakkan atas
dasar asumsi krosmologis bahwa alam raya merupakan sebuah mesin raksasa yang
mati, tidak bernyawa, dan statis. Bahkan bukan alam raya saja, segala sesuatu
yang di lua kesadaran subjek dianggap sebagai mesin yang bekerja menurut
hokum-hukum matematika yang kuantitatif, termasuk tubuh manusia. Ini merupakan
konsekuensi alamiah dari paham dualisme yang seolah-olah ‘menghidupkan’ subjek
‘mematikan’ objek. Karena subjek hidup dan sadar, sedangkan objek berbeda
secara diametral dengan subjek, maka objek haruslah mati dan tidak
berkesadaran.
Sesuai dengan paham mekanistik, Paradigma
Cartesian-Newtonian menganggap realitas dapat dipahami dengan menganalisis dan
memcah-mecahnya menjadi bagian-bagian kecil, lalu dijelaskan dengan pengukuran
kuantitatif. Hasil penyelidikan dari bagian-bagian kecil itu lalu digeneralisir
untuk keseluruhan. Alam semesta termasuk manusia, dipandang bsebagi mesin besar
yang dapat dipahami dengan menganalisis bagian-bagiannya. Hal ini sesuai dengan
sesuai dengan metode universal Descartes yang terdiri dari empat tahap. Setelah
bersikap kritis-skeptis terhadap realitas pada tahapan pertama, lalu
dilanjutkan tahapan analisis dengan memecah realita yang hendak dipahami
menjadi unit-unit terkecil. Kemudian , setelah itu dihabungkan dan dijumlahkan
kembali.
d.
Reduksionisme-Atomistik
Selaras dengan pandangan
mekanistik-determenistik Paradigma Cartesian-Newtonian mengandung paham
reduktsionisme-atomistik. Alam semesta semata-mata dipandang sebagai mesin yang
mati tanpa makna simbolik dan kualitatif, tanpa nilai, tanpa cita rasa etis dan
estetis. Alam betul-betulo hampa dan kosong dari nilai spiritualitas.
e.
Intrumentalisme
Modus berpikir dalam sains modern adalah
berpikir instrumentalistik. Kebenaran suatu pengetahuanatau sains diukur dari
sejauh mana ia dapat digunakan untuk memenuhi kepentingan-kepentingan material
dan praktis.
f.
Materialisme-Saintisme
Sebagai konsekuensi alamiah dari pandangan
dualism, mekanistik-determenistik, atomisme, dan instrumentalistik yang
dikandung, Paradigma Cartesian-Newtonian juga bertendensi kuat untuk menganut
paham materialisme-saintisme Newton mempunyai pandangan bahwa Tuhan
pertama-tama menciptakan partikel-partikel benda, kekuatan-kekuatan antar
partikel, dan hokum gerak dasar. Setelah tercipta, alam semesta terus bergerak
seperti sebuah mesin yang diatur oleh hokum-hukum determenistik, dan Tuhan
tidak diperlukan lagi kehadiranNya dalam kosmos ini
Berdasarkan uraian di atas Paradigma
Cartesian-Newtonian sangat berpengaruh dalam melahirkan paham materialisme
–saintisme dengan pandangan setelah Tuhan menciptakan alam maka Tuhan tidak
diperlukan kehadiranNya. Kami berpendapat hal tersebut kurang dapat diterima
karena secara logika kalau ada orang yang membuat benda maka yang bisa merawat
dengan baik adalah yang membuat tersebut, kemudia Paham Newtonian
mengesampingkan spiritual.
Tanggapan:
Paradigma Holistik adalah cara pandang atau pola
pikir secara menyeluruh, tidak hanya melihat pada satu sisi saja. Paradigma ini
jauh lebih baik dari pada paradigma yang hanya berpusat pada satu sudut
pandang, seperti Teosentris, Cosmosentris, ataupun Antroposentris
Suardi Al-zuhdi
"ABADI PERJUANGAN KAMI"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar